Surat Keterangan Syeikh Jalaluddin karangan Fakih Saghir ialah sebuah teks Melayu-Minangkabau yang ditulis oleh Fakih Saghir pada 1829. Teks ini yang mengisahkan pertelingkahan antara Kaum Adat yang menjadi pemimpin ketika itu, dengan golongan Mahali yang juga orang Islam, dikenali sebagai Kaum Paderi dalam sejarah Indonesia dan Sumatera Barat. Konflik di antara mereka menyebabkan meletusnya perang saudara, yang akhirnya membawa kepada campur tangan Belanda.
Berikut petikan dari buku Surat Keterangan Syeikh Jalaluddin karangan Fakih Saghir:
Tuanku Nan Tuo Turun Mufakat Hentikan Perang Tuanku Nan Renceh
Maka sekira2 empat tahun lamanya parang itu berdirilah Tuanku nan Tuho berjalan2 pada tiap2 nagari keliling tempat Tuanku nan Renceh, ialah mufakat hendak mehentikan parang itu. Mereka itu pun suka berhenti dan suka mereka itu menurut hukum Tuanku nan Tuho saja dan tidak mau mereka itu menurut hukum Tuanku nan Renceh karena malu mereka itu, sebab sangat tekabur mereka itu. Maka ketika itu selasailah parang itu adanya. Maka dalam masa itu jua adalah saya Fakih Saghir maulud akan nabi sallahu `alaihi wasallam,* ialah saya memanggil sekalian Tuanku2 pada tiap2 nagari supaya berjinak2kan mereka itu dan nak lahir bersusun2 agama, serta saya memanggil orang nan tiga buah nagari ya`ni orang Salo dan orang Mage´ dan orang Kota Baharu supaya nak hampir bertolong2an mereka itu dangan Tuanku nan Renceh adanya. Lagi pula pikir hati saya, barangkali mau mereka itu bersungguh2 mendirikan agama, sebab ada mereka itu harab* akan beroleh darjat yang a`la pada dunia dan akhirat, karena mereka itu adalah hina sedikit pada adatnya. Lagi ada mereka itu dikatakan orang Tilatang kerbau nan tiga kandang namanya. Setelah itu, saya bicara pekerjaan agama dangan* mereka itu2* pun suka jua semuhanya. Maka setelah sudah mufakat itu, beredar2lah Tuanku berbuat janji di mana2 tempat yang patub berhimpun2 mufakat, karena mengintai agama nak kakal* jua adanya.
Maka kemudian dari itu berjalanlah Tuanku nan Tuho ke nagari Mage´, serta ia memanggil Tuanku nan Renceh supaya beperdamaikan ia daripada pekerjaan yang terdahulu. Maka sempurnalah damai kedua fihak, serta sempurna mufakat pekerjaan agama. Kemudian pula diperbuat pula janji dalam nagari Kota Baharu seperti demikian pula, ya`ni nagari Tuanku Terabi nan dirampas orang masa dahulu adanya. Maka sampailah bertamu* dangan nagari Empat Angkat dan sentosyalah* jalan Tuanku nan Renceh masuk nagari Kota Tuho barang apa2 maksudnya.
Kemenakan Tuanku Nan Renceh Diculik Orang Bukik Batabuah
Kemudian dari itu mufakatlah segala kepala2 hulubalang tiap2 nagari, maka dimalingnya* kemenakan Tuanku nan Renceh belima orang. Itulah sebab pekerjaan nan jadi* sebesar2 fitnah selama2nya. Maka dibawanya ke nagari Bukit Betabuh. Itu pun lai bertamu dangan saya, Fakih Saghir, saya hendak meminta´ kembali, hulubalang itu pun melarikan jua. Jadilah berkajar2 dangan saya. Itu pun tidak jua dapat sebab inya* bersama2, hanya saya dua orang saja. Sekarang itu saya menyuruh memanggil Tuanku2 serta orang banyaknya. Tuanku2 pun rapat semuhanya. Maka jadilah diperda`wakan jua, tidak jua dapat keluar* sekali janji, dua kali janji, barangkali sepuluh kali janji. Maka pada sekali janji yang akhir datanglah Tuanku nan Renceh serta kaumnya. Maka dilihatnya tidak jua dapat keluar, jadilah ditangkabnya* orang Bukit Betabuh itu dua orang, lalu dibawanya ke nagarinya. Maka ditaruhnya orang itu sekira2 sebulan kamariat atau lebih.
Dalam masa itu tidak boleh berhenti sedikit jua melainkan gaduh2 jua dan diperda`wakan jua hanya. Sebab itu banyaklah orang Bukit Betabuh meminta´ ampun jua kepada Tuanku nan Tuho dan suka ia barang apa2 Tuanku punya hukum; tidak ia mendalih mendarita lagi serta ia mau menjujung titah Allah dan titah Rasullah. Itu pun Tuanku nan Tuho mau menerimakan. Maka sebab itu jua, jadilah saya, Fakih Saghir, meminta´ kembali orang nan bedua itu. Tuanku nan Renceh pun mau mengembalikan. Maka sampailah kembali orang itu ke nagari Bukit Betabuh. Lama sedikit antaranya dapatlah kembali kemenakan Tuanku nan Renceh bedua orang. Tuanku nan Renceh terlalu suka mendapat kemenakannya nan bedua orang itu. Dan tinggal pulalah tiga orang lagi, itulah halnya.
Reviews
There are no reviews yet