Bumi Manusia

PRAMOEDYA ANANTA TOER (1925-2006) yang popular dengan panggilan Pram, secara luas dianggap sebagai salah satu pengarang yang produktif dalam sejarah sastera Indonesia. Pramoedya telah menghasilkan lebih dari 50 karya dan diterjemahkan ke dalam lebih dari 42 bahasa asing.

Diterjemah oleh ASYRAFF HAFDZAN ABDULLAH

Biblio Press (Cetakan Pertama, 2023)
598 halaman

RM50.00

In stock

ISBN: 9789670040240 Product ID: 36240 Subject: Sub-subjects: ,

Bumi Manusia merupakan buku pertama daripada Tetralogi Buru karya Pramoedya Ananta Toer yang pertama kali diterbitkan oleh Hasta Mitra pada tahun 1980. Buku ini ditulis Pramoedya Ananta Toer ketika masih mendekam di Pulau Buru. Bumi Manusia melingkupi masa kejadian antara tahun 1898 hingga tahun 1918, masa ini adalah waktu munculnya pemikiran politik etis dan masa awal zaman Kebangkitan Nasional. Masa ini juga menjadi awal masuknya pemikiran rasional ke Hindia Belanda, masa awal pertumbuhan organisasi-organisasi modern yang juga merupakan awal kelahiran demokrasi pola Revolusi Prancis.

Bumi Manusia mengisahkan tentang perjalanan seorang watak bernama Minke. Minke adalah salah satu anak peribumi yang bersekolah di Hoogere Burgerschool, sebuah pendidikan menengah umum pada zaman Hindia Belanda untuk orang Belanda, Eropah, Tionghoa, dan elit peribumi dengan bahasa pengantar bahasa Belanda. Pada masa tersebut, Hoogere Burgerschool hanya tersedia untuk orang-orang berketurunan Eropah. Minke adalah seorang peribumi yang pandai, dan dia sangat pandai menulis. Tulisannya mampu membuatkan orang merasa kagum dan dimuat dalam berbagai Koran Belanda pada saat itu. Sebagai seorang peribumi, Minke kurang disukai oleh siswa-siswi Eropah lainnya. Minke digambarkan sebagai seorang revolusioner. Dia berani melawan ketidakadilan yang terjadi terhadap bangsanya. Dia juga berani memberontak terhadap kebudayaan Jawa, yang membuatnya selalu di bawah.

Selain watak Minke, Bumi Manusia juga menggambarkan seorang “Nyai” yang bernama Nyai Ontosoroh. Nyai pada saat itu dianggap sebagai perempuan yang tidak memiliki norma kesusilaan kerana statusnya sebagai isteri simpanan. Statusnya sebagai seorang Nyai telah membuatnya sangat menderita, kerana dia tidak memiliki hak asasi manusia yang sepatutnya. Tetapi, yang menariknya adalah Nyai Ontosoroh sedar akan keadaan tersebut sehingga dia berusaha keras dengan terus-menerus belajar, agar dapat diakui sebagai seorang manusia. Nyai Ontosoroh berpendapat, untuk melawan penghinaan, kebodohan, kemiskinan, dan sebagainya hanyalah dengan belajar. Minke juga menjalin asmara dan akhirnya menikah dengan Annelies, anak kelahiran Nyai Ontosoroh dan tuan Mellema.

Melalui Bumi Manusia, Pram menggambarkan bagaimana keadaan pemerintahan kolonialisme Belanda pada saat itu secara hidup. Pram, menunjukan betapa pentingnya belajar. Dengan belajar, dapat mengubah nasib. Seperti yang disuratkan dalam Bumi Manusia, Nyai yang tidak bersekolah, dapat menjadi seorang guru yang hebat kepada siswa Hoogere Burgerschool dan Minke. Bahkan pengetahuan si nyai itu, yang diperoleh daripada pengalaman, daripada buku-buku, dan daripada kehidupan sehari-hari, ternyata lebih luas ketimbang guru-guru sekolah Hoogere Burgerschool.

Weight0.581 kg
Dimensions20 × 13 × 4.2 cm
Author(s)

,

Format

Language

Publisher

Year Published

Reviews

There are no reviews yet

Only logged in customers who have purchased this product may leave a review.