Memikir-Ulang Tradisi Untuk Pembaharuan melewati semula agenda pembaharuan dengan menelesuri tradisi yang tercerah, yang tersudut dalam sejarah serta harus dapat dikembalikan peranannya tanpa pula kita terjebak meromantiskannya, yang mengidamkan pulang ke tradisi semata-mata sebagai jalan keluar dari segala kemelut dan permasalahan yang kita hadapi.
Pembaharuan akan bisa berakar sekiranya tampil di kalangan agamawan dan aktivis-santri yang bukan sahaja teryakin dari gagasan reformis, tetapi juga datang dari sekelompok tradisionalis yang tercerah. Yang terakhir ini dapat membedakan peranan tradisi yang dinamis sifatnya, sebagai gerak nilai dan budaya yang mampu menawarkan nilai-nilai ulung dan universal sepanjang perjalanan sejarah, tanpa terikat dengan pola pemikiran sesuatu zaman.
Yang paling jelas, pembaharuan tradisi agama akan terbantut selagi agama tidak bergerak dalam ranah yang bebas, yakni dibelenggu dengan hegemoni konservatisme yang pantang mendengar ungkapan baru yang tidak selari dengan ideologi mereka, ataupun wacana itu sendiri senang dikotak-katikkan oleh pihak berwewenang, yang lebih cenderung untuk memaksakan fahaman dominan ke atas semua, atas nama mengekalkan kemurniaan dan kepersatuan agama dan jemaahnya.
Bagi penulis, bergerak dalam wacana Islam bukanlah bertolak semata-mata dari memenuhi keperluan kesarjanaan secara akademik, tetapi juga menyahuti beberapa cabaran yang berlangsungan dalam linkungan masyarakat sekitar. Rasa terpanggil untuk menulis dan berbicara yang penulis rasakan bukan opsyen yang boleh dikecuali atau ditangguhkan, melainkan ia juga suatu pertanggungjawaban bagi penulis yang memiliki sedikit sumber dan keupayaan untuk membaca dan menulis.
Bab-bab yang terkumpul dalam Memikir-Ulang Tradisi Untuk Pembaharuan tertulis dalam jangka waktu yang berbeda, dan sekiranya disusun secara kronologis, bisa saja membingkaikan jalur perkembangan bacaan penulis tentang wacana Islam. Kalaupun tidak, semua bab-bab ini tentunya harus diuji dan dibaiki sekiranya ada yang gencot dan tak patut, tetapi kalau ada yang baik dan bernas, seharusnya ia terbangun selanjutnya, baik oleh penulis sendiri atau pembaca dan penulis yang lain.
Yang penulis impikan supaya kegunaan buku ini bukanlah terletak kepada skop tema-tema yang disinggung tetapi ia menjadi landasan untuk berdialog dalam membangunkan wacana Islam. Keperluan berdialog ini bukan saja perlu untuk membangun keilmuan Islam, tetapi moga ia menjadi landasan yang membenarkan kita mencapai deep spirituality, sumbu yang bisa menjadi pelita makna kepada kehidupan beragama yang manusiawi dan diredhai.
Kumpulan bab-bab dalam Memikir-Ulang Tradisi Untuk Pembaharuan sebenarnya adalah sebahagian dari koleksi penulisan tentang wacana Islam, yang mana penceburan dan penerokaan ke dalamnya memberi penulis suatu kepuasan ilmiah dan keinsafan moral-etika.
Reviews
There are no reviews yet